Penggunaan ICT Pada Proses Pembelajaran
I PENDAHULUAN
Dewasa ini perkembangan
dan kemajuan teknologi sangat berkembang dengan cepat, terutama perkembangan
teknologi informasi. Perkembangan teknologi informasi akan sangat berdampak
positif pada dunia pendidikan, jika saja para penyelenggara pendidikan beserta
unsur-unsurnya mampu memanfaatkan dengan baik. Dengan teknologi informasi
memungkinkan peserta didik dapat belajar secara sistematis, interaktif dan
inovatif.
Pembelajaran berbasis
TIK, tidak menghilangkan konteks awal pembelajaran yang berlangsung secara
tatap muka di dalam ruang kelas melainkan melalui beberapa tahapan evolusi
sesuai kondisi sekolah. Pada sekolah yang baru merintis pembelajaran berbasis
TIK, pembelajaran digambarkan sebagai proses tatap muka di dalam kelas dengan
konten digital sebagai suplemen.
Pada tahap ini guru
sebagai penyampai materi. Konten digital yang disampaikan hanya bersifat
tambahan sehingga tidak wajib disampaikan. Proses pembelajaran dibatasi oleh
ruang dan waktu. Pada tingkat yang lebih tinggi, pembelajaran berbasis TIK
digambarkan sebagai proses pembelajaran tatap muka di dalam kelas dengan konten
digital sebagai komplemen. Pada kondisi ini guru masih sebagai penyampai
materi. Beberapa konten digital wajib disampaikan karena masuk ke dalam
struktur kurikulum, sedangkan proses pembelajaran masih dibatasi ruang dan
waktu.
Pada tingkatan
berikutnya, pembelajaran berbasis TIK digambarkan sebagai proses pembelajaran
yang telah mengintegrasikan kemajuan TIK ke dalam proses pembelajaran. Seluruh
konten pembelajaran berbentuk digital, dan wajib disampaikan karena masuk ke
dalam struktur kurikulum. Siswa dapat mengakses konten pembelajaran tanpa
terbatas ruang dan waktu dan guru berperan sebagai tutor. Pengelolaan
pembelajaran tidak menggunakan TIK sehingga masih terdapat campur tangan
pengelolaan pembelajaran secara manual.
Pada tingkatan paling
tinggi, pembelajaran berbasis TIK digambarkan sebagai proses pembelajaran yang
telah menyatu dengan kemajuan TIK (menyatu seperti infuse yang tidak dapat
dibedakan lagi antara cairan infuse dengan darah). Pada kondisi ini, peserta
didik melaksanakan pembelajaran secara mandiri dan online yang tidak
dibatasi oleh ruang dan waktu. Guru dalam tingkatan ini berperan sebagai tutor.
Jika dilihat dari
perkembangan media yang digunakan dalam pembelajaran di dalam kelas, dapat
diurutkan bahwa pembelajaran formal dimulai dari masa blackboard, whiteboard,
keyboard, dan akhir-akhir ini telah banyak yang mengembangkan virtualboard. Hal
ini dapat dilihat dalam cuplikan film (salah satu) yang dapat diunduh dari
YouTube dengan judul MIT Sketching.Dalam film tersebut Nampak seorang guru
dapat mengajar dengan dinamika dan media yang mengarah kepada realistis. Guru
menggambarkan objek di papan tulis (whiteboard)
tetapi objek yang digambarkan guru dapat dikendalikan (dihidupkan). Akibatnya,
siswa tidak hanya mendapatkan cerita belaka tetapi dapat melihat secara nyata.
Cerita tentang perubahan media
pembelajaran dari blackboard hingga virtualboard, dapat dipertegas dengan
menampilkan video dari sebuah produsen handphone yang bercerita tentang dunia
komunikasi digital yang semakin canggih. Seorang Ibu Guru menjelaskan materi di
Jepang dengan menggunakan virtualboard,
seorang siswi berkomunikasi dengan Ibunya menggunakan fasilitas ViCon dengan
HandPhone.
Agar lebih menyadari bahwa jika
belum mulai menggunakan media sebagai alat bantu pembelajaran (sementara di
dunia luar telah terjadi perkembangan digital yang semakin canggih), dapat pula
disajikan film dari Microsoft tentang Surfacing Computer. Sebuah media
computer yang tidak lagi menggunakan keyboard dan layar monitor,
melainkan sebuah meja menjadi screentouch sekaligus monitor.
Pembelajaran tidak hanya diselenggarakan di dalam ruang kelas dan pada jam
belajar formal. Tidak sedikit pula guru yang telah menyelenggarakan
pembelajaran yang tidak hanya dibatasi ruang dan waktu. Sebelum atau setelah
pembelajaran di dalam kelas diselenggarakan, guru telah atau akan menugaskan
kepada siswa untuk mencari berbagai sumber ilmu dengan berbagai cara/media
sesuai dengan perkembangan teknologi digital.
Paltimer (1991) membandingkan
pembelajaran kalkulus yang menggunakan computer dengan pembelajaran
konvensional menujukkan bahwa hasil pembelajaran berbasis komputer lebih baik
daripada pembelajaran konvensional. Tetapi, tidak setiap pembelajaran harus
diselenggarakan melalui pembelajaran berbasis TIK. Beberapa kegiatan
pembelajaran masih harus diselenggarakan dengan pembelajaran konvensional
II PERANAN TIK DALAM PENDIDIKAAN
Menurut Undang‐Undang
RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, definisi dari
pendidikan adalah:
“Suatu usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”
Dari definisi ini
nampak jelas bahwa fokus objek pendidikan adalah “peserta didik” yang dituntut
untuk selalu aktif mengembangkan potensi dirinya. Hal ini berarti bahwa
model pendidikan satu arah dimana guru, dosen, atau tenaga pengajar
menjadi fokus utama dalam proses pembelajaran sudah tidak diminati atau tidak
relevan lagi. Merpertimbangkan hal tersebutlah maka TIK dipandang mampu memberikan
solusi dalam menghadirkan pembelajaran yang lebih mengaktifkan siswa selama
proses pembelajaran berlangsung.
pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
Konteks berikutnya
mengapa TIK begitu penting bagi pendidikan adalah ditinjau dari perspektif
historis. Dalam sejarahnya, proses pembelajaran dimulai melalui suatu proses
komunikasi antara satu pihak dengan pihak lainnya Dalam kaitan ini, teknologi
terkait dengan mekanisme komunikasi dibutuhkan karena adanya keterbatasan dari
panca indera manusia.
Sebagai contoh
bagaimana mencoba memahami bagaimana proses terjadinya gerhana matahari total,
proses pertumbuhan pohon beringin terjadi selama ratusan tahun, tahapan
musnahnya dinosaurus dari muka bumi, dan tumbukan dua buah atom bisa terjadi
merupakan sejumlah contoh menantang tingkat kognitif setiap peserta didik di
sekolah. Tanpa adanya alat bantuan media teknologi, akan sangat sulit bagi
siswa untuk dapat membayangkan bagaimana sejumlah fenomena alam tersebut
terjadi. Oleh karena itulah maka keberadaan TIK sebagai teknologi bantu proses
mengajar‐belajar menjadi suatu kebutuhan yang tak
terelakkan.
III MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS TIK
Teori belajar behaviorisme
berpandangan bahwa proses pembelajaran terjadi sebagaihasil pengajaran yang
disampaikan guru melalui atau dengan bantuan media (alat). Sedangkan teori
belajar konstruktivisme berpandangan bahwa media digunakan sebagai sesuatu yang
memberikan kemungkinan siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan. Kozma
(1991) menyatakan bahwa media dapat dibedakan dari teknologi (mekanik, elektronik,
bentk fisik), sistem simbolik (karakter alpha-numerik, objek, gambar, suara) serta
sarana yang digunakan (radio, video, komputer, buku).
IV KONDISI PRASYARAT
Banyak siswa merasa mudah
memproses informasi yang berbentuk visual, sementara siswa lainnya merasa mudah
bila ada suara, tetapi ada pula sebagian siswa yang merasa mudah apabila sumber
informasi disajikan dalam bentuk teks (Anderson, 1981). Pada dasarnya,
pembelajaran diselenggarakan dengan harapan agar siswa mampu menangkap/menerima,
memproses, menyimpan, serta mengeluarkan informasi yang telah diolahnya.
Gardner (1983) mengemukakan bahwa kemampuan memproses informasi itu dalam bentuk
tujuh kecerdasan, yaitu
1.
logis-matematis
2.
spasial
3.
linguistik
4.
kinestetik-keperagaan
5.
music
6.
interpersonal
7.
intrapersonal.
Media yang dapat mengakomodir
persyaratan-persyaratan tersebut adalah komputer. Komputer mampu menyajikan informasi yang
dapat berbentuk video, audio, teks, grafik dan animasi (simulasi). Disisi lain,
guru memerlukan kemampuan khusus dalam menyelenggarakan pembelajaran berbasis
TIK. Selain kemampuan, perlu pula disiapkan perangkat pendukung kegiatan pembelajaran
berbasis TIK.
V PENUTUP
Komputer sebagai sarana
interaktif dapat digunakan sebagai alternative bentuk pembelajaran terprogram (Programmed Instruction)
yang dilandasi hukum akibat (Law of Effect). Dalam hukum akibat, asumsi
yang diyakini adalah tingkah laku yang didasari rasa senang akan merangsang
untuk dilakukan serta dikerjakan secara berulang-ulang.
Sangat banyak pakar pendidikan
yang melakukan penelitian dan berkesimpulan ke arah positifnya pemanfaatan
komputer sebagai media bantu pembelajaran. Arnold (1992) menyatakan para guru
masih dihadapkan pada suatu ironi bahwa meskipun computer merupakan media
sangat potensial pada proses pembelajaran, akan tetapi masih sedikit yang mau
dan mampu menggunakannya. Ketidakmauan dan/atau ketidakmapuan tersebut
disebabkan berbagai faktor, baik internal (diri guru sendiri) maupun factor
eksternal (fasilitas dan kebijakan).
Poin penting yang diharapkan
muncul dalam kesimpulan yang ditarik oleh para peserta dan fasilitator adalah :
- Pembelajaran berbasis TIK sudah saatnya mulai dikembangkan dan digunakan dalam proses pembelajaran.
- Model pembelajaran yang mendukung kepada pelaksanaan pembelajaran berbasis TIK.
- Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam persiapan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi pembelajaran berbasis TIK.
- Kondisi prasayarat yang harus tersedia agar proses pembelajaran berbasis TIK dapat berjalan.
http://sscmasyadi.wordpress.com/2012/05/14/penyempurnaan-silabus-dan-pembelajaran-berbasis-tik/ diakses tanggal 23 maret 2013
http://guru-indonesia.net/admin/file/f_8899_04PanduanPenyusunanBahanAjarBerbasisTIK14Maret2010-Cipete.pdf diakses tanggal
10 Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar