Sabtu, 27 April 2013

Penggunaan ICT Pada Proses Pembelajaran



Penggunaan ICT Pada Proses Pembelajaran



I           PENDAHULUAN

Dewasa ini perkembangan dan kemajuan teknologi sangat berkembang dengan cepat, terutama perkembangan teknologi informasi. Perkembangan teknologi informasi akan sangat berdampak positif pada dunia pendidikan, jika saja para penyelenggara pendidikan beserta unsur-unsurnya mampu memanfaatkan dengan baik. Dengan teknologi informasi memungkinkan peserta didik dapat belajar secara sistematis, interaktif dan inovatif.
Pembelajaran berbasis TIK, tidak menghilangkan konteks awal pembelajaran yang berlangsung secara tatap muka di dalam ruang kelas melainkan melalui beberapa tahapan evolusi sesuai kondisi sekolah. Pada sekolah yang baru merintis pembelajaran berbasis TIK, pembelajaran digambarkan sebagai proses tatap muka di dalam kelas dengan konten digital sebagai suplemen.
Pada tahap ini guru sebagai penyampai materi. Konten digital yang disampaikan hanya bersifat tambahan sehingga tidak wajib disampaikan. Proses pembelajaran dibatasi oleh ruang dan waktu. Pada tingkat yang lebih tinggi, pembelajaran berbasis TIK digambarkan sebagai proses pembelajaran tatap muka di dalam kelas dengan konten digital sebagai komplemen. Pada kondisi ini guru masih sebagai penyampai materi. Beberapa konten digital wajib disampaikan karena masuk ke dalam struktur kurikulum, sedangkan proses pembelajaran masih dibatasi ruang dan waktu.
Pada tingkatan berikutnya, pembelajaran berbasis TIK digambarkan sebagai proses pembelajaran yang telah mengintegrasikan kemajuan TIK ke dalam proses pembelajaran. Seluruh konten pembelajaran berbentuk digital, dan wajib disampaikan karena masuk ke dalam struktur kurikulum. Siswa dapat mengakses konten pembelajaran tanpa terbatas ruang dan waktu dan guru berperan sebagai tutor. Pengelolaan pembelajaran tidak menggunakan TIK sehingga masih terdapat campur tangan pengelolaan pembelajaran secara manual.
Pada tingkatan paling tinggi, pembelajaran berbasis TIK digambarkan sebagai proses pembelajaran yang telah menyatu dengan kemajuan TIK (menyatu seperti infuse yang tidak dapat dibedakan lagi antara cairan infuse dengan darah). Pada kondisi ini, peserta didik melaksanakan pembelajaran secara mandiri dan online  yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Guru dalam tingkatan ini berperan sebagai tutor.
Jika dilihat dari perkembangan media yang digunakan dalam pembelajaran di dalam kelas, dapat diurutkan bahwa pembelajaran formal dimulai dari masa blackboard, whiteboard, keyboard, dan akhir-akhir ini telah banyak yang mengembangkan virtualboard. Hal ini dapat dilihat dalam cuplikan film (salah satu) yang dapat diunduh dari YouTube dengan judul MIT Sketching.Dalam film tersebut Nampak seorang guru dapat mengajar dengan dinamika dan media yang mengarah kepada realistis. Guru menggambarkan objek di papan tulis (whiteboard) tetapi objek yang digambarkan guru dapat dikendalikan (dihidupkan). Akibatnya, siswa tidak hanya mendapatkan cerita belaka tetapi dapat melihat secara nyata.
Cerita tentang perubahan media pembelajaran dari blackboard hingga virtualboard, dapat dipertegas dengan menampilkan video dari sebuah produsen handphone yang bercerita tentang dunia komunikasi digital yang semakin canggih. Seorang Ibu Guru menjelaskan materi di Jepang dengan menggunakan virtualboard, seorang siswi berkomunikasi dengan Ibunya menggunakan fasilitas ViCon dengan HandPhone.
Agar lebih menyadari bahwa jika belum mulai menggunakan media sebagai alat bantu pembelajaran (sementara di dunia luar telah terjadi perkembangan digital yang semakin canggih), dapat pula disajikan film dari Microsoft tentang Surfacing Computer. Sebuah media computer yang tidak lagi menggunakan keyboard dan layar monitor, melainkan sebuah meja menjadi screentouch sekaligus monitor. Pembelajaran tidak hanya diselenggarakan di dalam ruang kelas dan pada jam belajar formal. Tidak sedikit pula guru yang telah menyelenggarakan pembelajaran yang tidak hanya dibatasi ruang dan waktu. Sebelum atau setelah pembelajaran di dalam kelas diselenggarakan, guru telah atau akan menugaskan kepada siswa untuk mencari berbagai sumber ilmu dengan berbagai cara/media sesuai dengan perkembangan teknologi digital.
Paltimer (1991) membandingkan pembelajaran kalkulus yang menggunakan computer dengan pembelajaran konvensional menujukkan bahwa hasil pembelajaran berbasis komputer lebih baik daripada pembelajaran konvensional. Tetapi, tidak setiap pembelajaran harus diselenggarakan melalui pembelajaran berbasis TIK. Beberapa kegiatan pembelajaran masih harus diselenggarakan dengan pembelajaran konvensional

II         PERANAN TIK DALAM PENDIDIKAAN

Menurut UndangUndang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, definisi dari pendidikan adalah:
“Suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”
Dari definisi ini nampak jelas bahwa fokus objek pendidikan adalah “peserta didik” yang dituntut untuk selalu aktif mengembangkan potensi dirinya. Hal ini berarti bahwa model pendidikan satu arah dimana guru, dosen, atau tenaga pengajar menjadi fokus utama dalam proses pembelajaran sudah tidak diminati atau tidak relevan lagi. Merpertimbangkan hal tersebutlah maka TIK dipandang mampu memberikan solusi dalam menghadirkan pembelajaran yang lebih mengaktifkan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
Konteks berikutnya mengapa TIK begitu penting bagi pendidikan adalah ditinjau dari perspektif historis. Dalam sejarahnya, proses pembelajaran dimulai melalui suatu proses komunikasi antara satu pihak dengan pihak lainnya Dalam kaitan ini, teknologi terkait dengan mekanisme komunikasi dibutuhkan karena adanya keterbatasan dari panca indera manusia.
Sebagai contoh bagaimana mencoba memahami bagaimana proses terjadinya gerhana matahari total, proses pertumbuhan pohon beringin terjadi selama ratusan tahun, tahapan musnahnya dinosaurus dari muka bumi, dan tumbukan dua buah atom bisa terjadi merupakan sejumlah contoh menantang tingkat kognitif setiap peserta didik di sekolah. Tanpa adanya alat bantuan media teknologi, akan sangat sulit bagi siswa untuk dapat membayangkan bagaimana sejumlah fenomena alam tersebut terjadi. Oleh karena itulah maka keberadaan TIK sebagai teknologi bantu proses mengajarbelajar menjadi suatu kebutuhan yang tak terelakkan.

III        MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS TIK

Teori belajar behaviorisme berpandangan bahwa proses pembelajaran terjadi sebagaihasil pengajaran yang disampaikan guru melalui atau dengan bantuan media (alat). Sedangkan teori belajar konstruktivisme berpandangan bahwa media digunakan sebagai sesuatu yang memberikan kemungkinan siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan. Kozma (1991) menyatakan bahwa media dapat dibedakan dari teknologi (mekanik, elektronik, bentk fisik), sistem simbolik (karakter alpha-numerik, objek, gambar, suara) serta sarana yang digunakan (radio, video, komputer, buku).

IV        KONDISI PRASYARAT

Banyak siswa merasa mudah memproses informasi yang berbentuk visual, sementara siswa lainnya merasa mudah bila ada suara, tetapi ada pula sebagian siswa yang merasa mudah apabila sumber informasi disajikan dalam bentuk teks (Anderson, 1981). Pada dasarnya, pembelajaran diselenggarakan dengan harapan agar siswa mampu menangkap/menerima, memproses, menyimpan, serta mengeluarkan informasi yang telah diolahnya. Gardner (1983) mengemukakan bahwa kemampuan memproses informasi itu dalam bentuk tujuh kecerdasan, yaitu
1.      logis-matematis
2.      spasial
3.      linguistik
4.      kinestetik-keperagaan
5.      music
6.      interpersonal
7.      intrapersonal.
Media yang dapat mengakomodir persyaratan-persyaratan tersebut adalah komputer. Komputer mampu menyajikan informasi yang dapat berbentuk video, audio, teks, grafik dan animasi (simulasi). Disisi lain, guru memerlukan kemampuan khusus dalam menyelenggarakan pembelajaran berbasis TIK. Selain kemampuan, perlu pula disiapkan perangkat pendukung kegiatan pembelajaran berbasis TIK.


 V         PENUTUP

Komputer sebagai sarana interaktif dapat digunakan sebagai alternative bentuk pembelajaran terprogram (Programmed Instruction) yang dilandasi hukum akibat (Law of Effect). Dalam hukum akibat, asumsi yang diyakini adalah tingkah laku yang didasari rasa senang akan merangsang untuk dilakukan serta dikerjakan secara berulang-ulang.
Sangat banyak pakar pendidikan yang melakukan penelitian dan berkesimpulan ke arah positifnya pemanfaatan komputer sebagai media bantu pembelajaran. Arnold (1992) menyatakan para guru masih dihadapkan pada suatu ironi bahwa meskipun computer merupakan media sangat potensial pada proses pembelajaran, akan tetapi masih sedikit yang mau dan mampu menggunakannya. Ketidakmauan dan/atau ketidakmapuan tersebut disebabkan berbagai faktor, baik internal (diri guru sendiri) maupun factor eksternal (fasilitas dan kebijakan).
Poin penting yang diharapkan muncul dalam kesimpulan yang ditarik oleh para peserta dan fasilitator adalah :

  1. Pembelajaran berbasis TIK sudah saatnya mulai dikembangkan dan digunakan dalam proses                           pembelajaran.
  2. Model pembelajaran yang mendukung kepada pelaksanaan pembelajaran berbasis TIK.
  3. Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam persiapan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi pembelajaran berbasis TIK.
  4. Kondisi prasayarat yang harus tersedia agar proses pembelajaran berbasis TIK dapat berjalan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar